Jumat, 21 Mei 2010

Aufklarung "Masa Pencerahan Eropa"


BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Pada abad pertengahan terjadi perdebatan sengit antara akal dan iman atau antara gereja dan kalangan proletar Eropa. Hal itu terjadi selama kurang lebih 8 abad lamanya. Mereka dipaksa mengikuti doktrin yang telah dikeluarkan oleh pihak gereja dalam dogma-dogma gereja nya. Mereka juga dipaksa untuk melupakan akan kebudayaan mereka dulu, yaitu kebudayaan Romawi dan Yunani. Namun, semakin lama mereka pun semakin merasakan akan kejanggalaan tentang doktrin yang mereka terima itu. Terasa berada di luar akal rasional (irasional).
Hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang pada zaman itu. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia dalam bidang pemkiran, padahal manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif diluar dogma gereja, karena pemikirannya berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja pada saat itu.
Abad ini tidak saja lamban, lebih dari itu secara pukul rata filsafat mundur pada abad ini jangankan menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu.
Banyak orang yang jengkel melihat dominasi Gereja atas orang Eropa. Mereka ingin segera mengakhiri dominasi itu. Akan tetapi, mereka khawatir mengalami nasib yang sama dengan kawan-kawan mereka yang telah dikirim ke akhirat lewat penyiksaan Gereja. Seperti tokoh Sains Coppernicus yang berbeda pendapat dengan gereja tentang pusat tata surya. Menurutnya pusat tata surya adalah matahari (heliosentris). Sedangkan menurut gereja, bumilah sebagai pusat dari tata surya (geosentris). Sekalipun demikian adanya, ada juga pemberani yang sanggup melawan arus deras itu. Orang itu salah satunya adalah Renĕ Descartes yang terkenal dengan Filsafat Rasionalisme nya.
Melihat keadaan yang begitu parah pada zaman pertengahan di Eropa, maka beberapa diantaranya melakukan suatu gerakan pembaharuan untuk lahir kembali dalam artian lahir sebagai manusia yang tebebas dari kungkungan gereja (dogma) atau dalam bahasa lain sebagai abad pencerahan.
Abad Pencerahan adalah suatu abad dimana terjadi gerakan pembebasan manusia dari ketidakdewasaan  yang dibuatnya sendiri. Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan  untuk mempergunakan pengertiannya sendiri tanpa bimbingan orang lain. Ketidakdewasaan ini dibuatnya sendiri bila  penyebabnya bukannya pada kurangnya pikiran melainkan kurangnya ketegasan dan keberanian untuk mempergunakan pikiran itu tanpa bimbingan orang lain. Sapere Aude! Beranilah mempergunakan pikiranmu sendiri! Itulah semboyan pencerahan.
Dari pemaparan atau gambaran singkat di atas, selanjutnya kami dari kelompok 1, Insya Allah akan mencoba untuk memaparkan lebih lanjut tentang Aufklarung (pencerahan atau enlightment) ini dengan judul “AUFKLARUNG SEBAGAI ZAMAN PEMBEBASAN (PENCERAHAN) ORANG EROPA DARI KEBODOHAN”.

B.           Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah tentang Aufklarung ini, adalah sebagai berikut:
1.            Untuk mengetahui lebih jauh (sejarah) tentang zaman Aufklarung di Eropa;
2.            Faktor-faktor penentu terciptanya Aufklarung di Eropa; dan
3.            Perubahan kehidupan Eropa setelah adanya Aufklarung.

C.           Metode dan Teknik Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode dan teknik penulisan sebagai berikut:
-                Metode
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah Deskriptif Analitik, yakni menjelaskan dengan jelas dan menganalisanya secara komprehensif.

-                Teknik
Teknik yang kami gunakan dalam penulisan  makalah ini adalah dengan tinjauan pustaka serta browsing dari sumber internet.



BAB II
PEMBAHASAN

AUFKLARUNG SEBAGAI ZAMAN PEMBEBASAN (PENCERAHAN) ORANG EROPA DARI KEBODOHAN (ABAD KE-18 M)
 

A.           Aufklarung (Zaman Pencerahan)
Abad Pencerahan (Age of Enlightenment dalam literatur berbahasa Inggris) adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui memiliki semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan tradisional. Bertolak dari pemikirian ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya diskusi-diskusi dan pemikiran ilmiah. Semangat ini kemudian ditularkan pula kepada koloni-koloni Bangsa Eropa di Asia, termasuk Indonesia. Contoh nyatanya adalah pendirian Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum Gajah), suatu perhimpunan untuk menelaah ditinjau dari riset-riset ilmiah.[1]
Zaman pencerahan di Eropa pada abad ke 18 sering dikaitkan dengan kemodernan Eropa, baik pemikiran maupun institusi politik dan sosial. Sebagai contoh, Revolusi Perancis[2] yang tercetus pada 1789, dikatakan, sebagai pengaruh filsafat pencerahan, termasuk para filsof perancis, seperti Voltire, Holbach, D’Alembert dan lainnya. Dimana perubahan pemikiran telah membawa kepada perubahan sosial dan institusional yang kemudian membawa eropa pada era modern.
Menurut Immanuel Kant, pencerahan adalah bangkitnya manusia dari rasa ketidakmatangan. Orang-orang yang tercerahkan selalu berpikir ke depan dan selalu memikirkan kemungkinan yang lebih baik dari kondisi yang ada. Karena itulah mereka berani menggunakan pemahamannya sendiri dan membuang jauh-jauh pandangan-pandangan dari masa silam yang tak lagi relevan.
Perlu kita ketahui bahwa perubahan tersebut tidak terjadi dengan serta-merta, melainkan didahului oleh beberapa rentetan peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain, seperti zaman Renaissance dan gerakan Reformation di abad 16, juga Revolution of Science di abad ke 17. Rentetan atau rangkaian proses ini, kemudian disebut “Rationalization” oleh Max Weber. Rationalization terlihat pada adanya reinterpretasi agama katolik, rasionalisasi agama, bahkan, bagi kalangan tertentu, adalah penolakan agama, seperti filsafat ateis-nya David Hume dan D’Holbach.

B.            Produk Aufklarung
Aufklarung melahirkan banyak pemikiran baru. Dari sinilah muncul semakin banyak ketertarikan di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Sampai pada suatu saat lahirlah sebuah penemuan besar yang menjadi ilmu pengatahuan modern, dan mungkin inilah yang menjadi penemuan terbesar pada masa itu. Penemuan itu adalah teori Gravitasi yang diungkapkan oleh Sir Isaac Newton, dia dianggap sebagai ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh yang pernah hidup di dunia (M. Hart, 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh, 2005).  Isaac Newton lah orang yang berhasil memberikan kumpulan teori yang terangkum rapi dan meletakkan batu pertama ilmu pengetahuan modern.
Banyak lagi ilmuwan ilmuwan yang lahir di abad ini seperti contohnya Carolus linnaeus, ilmuwan biologi asal Swedia yang memelopori penggunaan Binominal Nomenklatur bagi tumbuhan dan hewan . Antoine Laurent Lavoisier , seorang ahli kimia dari Perancis, salah satu penemuan pentingnya adalah penyelidikan tentang kandungan yang terkandung dalam molekul air ( Oxygen dan Hydrogen). Ahli kimia lainnya adalah Joseph Priestley yang berasal dari Inggris dimana dia mempu medeskripsikan/menguraikan beberapa gas termasuk oxygen.
Banyak juga filsuf yang lahir di abad ini, seperti misalnya Voltaire (1694-1778). nama aslinya adalah Francois Marie Arouet, berasal dari Perancis. Seorang penyair, penulis drama, penulis essay, penulis cerita pendek,ahli sejarah dan filsuf. Karya karya terkenalnya adalah buku berjudul letters philosophiques dan drama berjudul Irene. Kemudian ada J.J. Rosseau (1712-1778) yang menggagas tentang kontrak politik, yang sampai sekarang masih dipakai. George Berkeley (1685- 753) yang menggagas pikiran modern mengenai idealisme. David Hume (1711- 1776), seorang filsuf dan ahli sejarah dari Skotlandia yang mempunyai pengaruh besar dalam perjalanan empirisme dan Skeptisisme. Immanuel Kant (1724-1804) adalah filsuf dari Jermanyang mencetuskan pemikiran mengenai rasionalisasi dalam berpikir dan bertindak. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) yang juga seorang filsuf dan ahli matematika. Seorang teolog yang terkenal bernama John Wesley (1703-91) juga lahir di masa ini dengan konsepnya yang disebut Metodhisme.
C.           Negara Pencetak Aufklarung di Eropa
a)             Pencerahan di Jerman
Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan  sikap­nya terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.
Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita­cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri sendiri.
Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679- 1754).
la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian umum.
Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz.
b)             Pencerahan di Inggris
Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa aliran pokok.
Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme[3], yaitu suatu aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.
Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.
Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan kesusilaan.
Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga
tersusunlah agama alamiah, yang berisi: a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; b) bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu; c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan; d) bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali; e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah SWT. memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.
Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.
c)             Pencerahan di Perancis
Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru mereka adalah John Locke dan Sir Isaac Newton.
Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut  adalah:
Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer. Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas , yang tidak begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan umum. Demikianlah di Perancis filsafat lebih eras dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Agama Kristen  diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang diberikan oleh Deisme.
Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat bermacam-macam aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.
Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan disini adalah Voltaire (1694-1778), Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: a) sampai di mana jangkauan akal manusia, dan b) di mana letak batas-batas akal manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.
Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa (pengaruh Locke).Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang berdiri sendiri.
Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma, dan menentang agama.
Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau(1712-1778), yang telah memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan kepada akal, melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan.
Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah urusan pribad.. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup bermasyara­kat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini mematahkan kesatu­an masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat. Akibat keadaan ini ialah, bahwa masyarakat membebankan kebenaran­-kebenaran keagamaan, yang pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan, kepada para anggotanya sebagai suatu undang-undang, yaitu tentang adanya Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang penghukuman di akhirat, dsb. Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.
Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan dan untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri yang alamiah. Segala sesuatu yang dapat merugikan perkembangan anak yang alamiah harus dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan tidak boleh ada pengertian “kekuasaan” yang memberi perintah dan yang harus ditaati. Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara demi­kian ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga pendidikan agama yang secara positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih Sendiri keyakinan apa yang akan diikutinya. Bagi seorang muslim,paham seperti ini tentu sangat menyesatkan. Harun Hadiwijono berkesimpulan bahwa Pencerahan di Perancis memberikan senjata rohani kepada revolusi Perancis.


BAB III
KESIMPULAN

 Dari pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan tentang Aufklarung ini bahwa:  hegemoni antara akal dan iman pada zaman ini (aufklarung) benar-benar tidak seimbang pada. Pada abad itu akal kalah total dan iman menang mutlak. Abad ini telah mempertontonkan kelambanan kemajuan manusia dalam bidang pemkiran, padahal manusia itu sudah membuktikan bahwa ia sanggup maju dengan cepat. Abad ini juga telah dipenuhi lembaran hitam berupa pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif diluar dogma gereja, karena pemikirannya berlawanan atau berbeda dengan pikiran tokoh gereja pada saat itu.
Abad ini tidak saja lamban, lebih dari itu secara pukul rata filsafat mundur pada abad ini jangankan menambah, menjaga warisan sebelumnya pun abad ini tidak mampu. Zaman pencerahan di Eropa pada abad ke 18 sering dikaitkan dengan kemodernan Eropa, baik pemikiran maupun institusi politik dan sosial. Sebagai contoh, Revolusi Perancis yang tercetus pada 1789, dikatakan, sebagai pengaruh filsafat pencerahan, termasuk para filsof perancis, seperti Voltire, Holbach, D’Alembert dan lainnya. Dimana perubahan pemikiran telah membawa kepada perubahan sosial dan institusional yang kemudian membawa eropa pada era modern.
Aufklarung melahirkan banyak pemikiran baru. Dari sinilah muncul semakin banyak ketertarikan di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Sampai pada suatu saat lahirlah sebuah penemuan besar yang menjadi ilmu pengatahuan modern, dan mungkin inilah yang menjadi penemuan terbesar pada masa itu. Penemuan itu adalah teori Gravitasi yang diungkapkan oleh Sir Isaac Newton, dia dianggap sebagai ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh yang pernah hidup di dunia (M. Hart, 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh, 2005).
Seperti itulah pembahasan kami tentang abad pencerahan di Eropa (Aufklarung) yang terjadi pada awal ke-18 sebagai reaksi dari ketidak terbukaan terhadap pikiran tentang dunia luar (ilmu pengetahuan). Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan kali ini bahwa keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan bisa memberikan kemajuan pada diri kita sendiri untuk masa depan kelak.


[1]               http://www.wikipedia.org/abad pencerahan.html
[2]               Revolusi Prancis berlangsung pada abad ke 18 (1789 M). Revolusi Prancis terjadi sebagai cetusan rasa tidak puas sebagian besar masyarakat terhadap system pemerintaha yang absolute (tidak terbatas), adanya krisis ekonomi, krisis kepercayaan, dan kewibawaan pemerintah yang turun telah mendorong rakyat untuk menyerbu Penjara bastille.
 [3]               Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya.
Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan kesaksian-kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal.
Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-1722), yang menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal (1656-1733), yang menulis Christianity as Old as Creation (1730). (Lihat di http://www.jaringSKRIPSI.wordpress.com)
 


1 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
    Banx boleh d download ga tulisan ini??? Buat bahan tugas kuliah... hehe
    Thanx be4

    BalasHapus

Komentar

.: Related Blog :.