Sabtu, 25 April 2009

Intelegensia

INTELEGENSI (KESERDASAN BERFIKIR)
Oleh: Dian Kurnia

C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian intelegensi sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Pada awalnya teori intelegensi masih bersifat unidimensional (kecerdasan tunggal), yakni hanya berhubungan dengan aspek intelektual saja, seperti teori intelegensi yang dikemukakan oleh Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factors”-nya. Menurut pendapatnya bahwa intelegensi terdiri dari kemampuan umum yang diberi kode “g” (genaral factor) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (specific factor).
Selanjutnya, Thurstone (1938) mengemukakan teori “Primary Mental Abilities”, bahwa intelegensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu : (1) kemampuan berbahasa (verbal comprehension); (2) kemampuan mengingat (memory); (3) kemampuan nalar atau berfikir (reasoning); (4) kemampuan tilikan ruangan (spatial factor); (5) kemampuan bilangan (numerical ability); (6) kemampuan menggunakan kata-kata (word fluency); dan (7) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat (perceptual speed). Sementara itu, J.P. Guilford mengemukakan bahwa intelegensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau “faces of intellect”, yaitu :
1. Operasi Mental (Proses Befikir)
a. Cognition (menyimpan informasi yang lama dan menemukan informasi yang baru).
b. Memory Retention (ingatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari).
c. Memory Recording (ingatan yang segera).
d. Divergent Production (berfikir melebar=banyak kemungkinan jawaban/ alternatif).
e. Convergent Production (berfikir memusat= hanya satu kemungkinan jawaban/alternatif).
f. Evaluation (mengambil keputusan tentang apakah suatu itu baik, akurat, atau memadai).
2. Content (Isi yang Dipikirkan)
a. Visual (bentuk konkret atau gambaran).
b. Auditory.
c. Word Meaning (semantic).
d. Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik).
e. Behavioral (interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara).
3. Product (Hasil Berfikir)
a. Unit (item tunggal informasi).
b. Kelas (kelompok item yang memiliki sifat-sifat yang sama).
c. Relasi (keterkaitan antar informasi).
d. Sistem (kompleksitas bagian saling berhubungan).
e. Transformasi (perubahan, modifikasi, atau redefinisi informasi).
f. Implikasi (informasi yang merupakan saran dari informasi item lain).

Definisi
Pengertian intelegensi merujuk kepada bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak. Apakah individu bertindak secara intelegen, atau secara tidak inteligen. Intelegensi bukan sesuatu benda atau kekuatan yang dimiliki sedikit alau banyak. Intelegensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks yang dimanifestasikan dalam tingkah laku. Aspek-aspek intelegensi dapat meliputi bagaimana individu memperhatikan, mengamati, mengingat, menghayal, memikirkan, serta bentuk-bentuk kegiatan mental lain. Salah satu fungsi utama intelegensi adalah dalam belajar. Bagaimana individu belajar dan apa yang dipelajarinya sangat dipengaruhi oleh kemampuan intelegensinya. Sudah barang tentu pengertian belajar di sini tidak terbatas hanya belajar di lingkungan sekolah, melainkan belajar dalam pengertian yang lebih luas. Intelegensi adalah kemampuan umum seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat. tepat dan mudah.
Seseorang dikatakan memiliki perilaku inteligen sekiranya ia memiliki kemampuan untuk memahami hal-hal penting dari situasi ynng dihadapi, dan mampu memberikan pcmecahan yang lebih baik dibanding dengan yang lain. Indikator perilaku inteligen menurut Whiterington (Abin Syamsuddin M, 1996) antara lain:
a. Kemudahan dalam menggunakan bilangan.
b. Efisiensi dalam berbahasa.
c. Kecepatan dalam pengamatan.
d. Kemudahan dalam mengingat.
e. Kemudahan dalam memahami hubungan.
f. Imajinasi

Macam-macam Intelegensi
Howard Gardner dari Manchester Instituite of Technology (MIT) ahli psikologi menemukan bahwa dalam diri manusia terdapat berbagai kecerdasan yang dikenal dengan nama kecerdasan ganda (multiple intelligences, MI). Hasil penelitian Gardner
(dalam Lazier, 1991; Armstrong, 2002) menunjukkan bahwa MI terdiri atas sekurang-kurangnya sembilan macam kecerdasan. Kesembilan macam kecerdasan itu adalah sebagai berikut.
(1) Kecerdasan verbal/bahasa (verbal/linguistic intelligence, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan penguasaan kosakata atau bahasa lisan maupun tulis, dan secara luas, komunikasi. Kecerdasan ini menggambarkan kemampuan memakai bahasa secara jelas melalui membaca, menulis, mendengar, dan berbicara.
(2) Kecerdasan logika/matematika (logical/mathematical intelligence), yaitu kecerdasan yang berkaitan erat dengan berpikir deduktif-induktif/beralasan, numerasi, dan pola-pola berpikir abstrak. Ciri ragam kecerdasan ini adalah pada kemampuan memecahkan berbagai masalah abstrak dan memahami hubungan sebab akibat.
(3) Kecerdasan visual/keruangan (visual/spatial intelligence), yaitu kecerdasan yang berkenaan dengan gambar-gambar. Kecerdasan ini berupa kemampuan merasakan dunia visual secara akurat, membentuk kemampuan menggunakan indera penglihatan dan kesanggupan untuk memvisualisasikan objek, termasuk kemampuan untuk mengkreasi imaji-mental/merlukis.
(4) Kecerdasan tubuh/indera peraba (body/kinesthetic intelligence), yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan gerak fisik (gerak tubuh dan anggota tubuh) ; termasuk syaraf otak motorik yang mengontrol gerak tubuh dan anggota tubuh;
(5) Kecerdasan musik/ritmis (musical/rhythmic intelligence), yaitu kecerdasan yang yang berkaitan dengan nada, irama, pola titi nada, dan warna nada. Kecerdasan ini berupa tingkatan sensitivitas pada pola-pola suara dan kemampuan untuk merespon musik secara emosional.
(6) Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah kecerdasan yang terkait dengan pemahaman social. Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain melalui membaca berbagai suasana hati, temperamen, motivasi, dan tujuan orang lain.
(7) Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kecerdasan yang berkenaan dengan pengetahuan-diri. Ciri kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan kemampuan untuk bertanggung jawab atas konsep-diri, sikap perilaku, perasaan, dan tindakan yang dilakukan.
(8) Kecerdasan naturalis (naturalist Intelligence) adalah kecerdasan yang terkait dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasi banyak spesies-flora dan fauna dalam lingkungan seseorang.
(9) Kecerdasan eksistensial (existensial intelligence), yaitu kecerdasan yang berkenaan dengan kemampuan menempatkan diri dalam jangkauan wilayah kosmos yang terjauh—yang tak terbatas dan menempatkan diri sendiri dalam cirri manusiawi yang paling eksistensial

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :
1) Pembawaan :
Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat dan tidaknya memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh, meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama, tetapi perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2) Kematangan :
Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, setiap organ ( fisik maupun psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing.
3) Pembentukan :
Yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
4) Minat dan pembawaan yang khas,
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Upaya Optimalisasi Intelegensi
Ada beberapa cara dalam mengoptimalisasi intelegensi, salah satunya yakni dengan mengembangkan faktor intelegensi dalam diri kita. Tiap manusia memiliki beberapa macam intelegensi, yaitu inetelegensi intelektual, emosional dan spiritual. Seandainya ketiga intelegensi itu dikembangkan secara selaras dan seimbang, insya Allah akan muncul generasi SDM yang mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Intelegensi Intelektual
Intelegensi ini erat kaitannya dengan sistem kerja otak kita. Beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan intelegensi otak ini ialah dengan membaca, melihat, mendengar dan berbicara.
Intelegensi Sosial
Pengembangan intelegensi ini bisa dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan bersosialisasi dengan baik bersama mereka secara otomatis bisa menambah tingkat intelegensi sosial kita. Namun sekarang ini banyak orang-orang yang kurang baik tingkat intelegensinya, terbukti dengan kurang pekanya hubungan antar sesama manusia. Misalnya, dalam satu kampung ada seseorang yang kaya raya, tapi dia tidak tahu bahwa di sebelah rumahnya ada orang yang kelaparan. Kondisi ini banyak kita temui di kota-kota besar, dimana mereka (orang-orang kaya) sibuk mengurusi kekayaannya tanpa mau peduli keadaan saudaranya yang lain, sehingga timbullah kondisi dimana yang kaya bertambah kaya, yang miskinpun malah semakin miskin, hal ini menunjukkan kurang atau tidak pekanya masyarakat Indonesia sekarang ini.
Intelegensi Spiritual
Salah satu cara untuk pengoptimalisasian intelegensi ini adalah tidak sombong dan selalu ingat bahwa kita ini hanyalah makhluk yang lemah dihadapan Allah. Sekaya dan sekuat apapun kita, tidak ada bandingnya dengan apa yang dimiliki oleh Allah SWT.

.: Related Blog :.