diambil dari www.catatansejarah.com
Pada zaman Orde Baru apa yang paling saya benci pada tanggal 30 September? Jawabannya adalah Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru SD saya untuk menonton film Pengkhianatan G-30-S/PKI yang ditayangkan pada malam 30 September untuk kemudian diceritakan kembali di depan kelas menonton tayangan film merupakan suatu hal yang sangat menyiksa karena setelah menyaksikan film tersebut sepanjang malam kami sekeluarga akan sulit untuk tidur, entah karena efek musik karya Embie C. Noer yang terkesan mencekam atau adegan-adegan suram dan sadis yang ditampilkannya namun yang jelas film ini saya golongkan ke dalam film horor bukan dokumenter.
Dari sudut pandang sejarah Film Pengkhianatan G-30-S/PKI sendiri penuh dengan kejanggalan, bukan hanya karena kontroversi mengenai siapa dalang dari peristiwa pembunuhan para Jenderal ini tapi pada sisi lain mengenai penokohan Aidit yang digambarkan sebagai seorang perokok karena pada kenyataannya Aidit bukanlah seorang perokok namun dengan alasan dari sang sutradara yaitu Arifin C. Noer yang ingin menampilkan Aidit sebagai seorang yang selalu berpikir keras maka ditampilkanlah dalam film tersebut tokoh Aidit yang perokok berat. Arifin C. Noer juga pernah dibuat pusing dalam mencari siapa tokoh yang akan memerankan pemimpin Partai Komunis tersebut karena keterbatasan sumber foto yang ada namun akhirnya terselesaikan ketika ditemukan sebuah pas foto Aidit yang dipakai oleh Arifin untuk memutuskan Syu’bah Asa sebagai pemerannya walaupun dari segi fisik tidak sama namun Arifin menganggap antara Aidit dan Syu’bah memiliki kesamaan karakter wajah.
Salah satu kejanggalan lainnya adalah pada adegan di mana Suharto berdiri di belakang peta Indonesia, karena pada peta tersebut tertera propinsi Timor Timur, padahal ketika itu Indonesia hanya memiliki 26 propinsi dan Timur Timur bukan bagian dari Indonesia. Dari dua kejanggalan di atas memberikan bukti kepada kita bahwa film ini dibuat hanya untuk kepentingan pemerintah saat itu tanpa adanya sebuah riset dan penulusuran fakta-fakta secara lengkap sehingga hasilnya adalah sebuah film horor yang dibuat secara serampangan. Namun satu hal yang sangat disayangkan dari film yang bertujuan untuk mendidik generasi muda terhadap nilai-nilai pancasila ini penuh dengan adegan kekerasan serta adegan mesum antara seorang anggota gerwani dengan seorang tentara simpatisan PKI yang anehnya semua adegan tersebut lulus sensor, khususnya bagi anak-anak SD seperti saya dulu yang harus melihat adegan-adegan yang ada di film tersebut.
Pada masa Orde Baru banyak beberapa film yang kemudian seiring berjalannya waktu dipertanyakan kembali kebenarannya selain film Pengkhianatan G-30-S/PKI yang diproduksi tahun 1984 ini ada juga film berjudul Janur Kuning produksi tahun 1979 yang menceritakan tentang Serangan Umum 1 Maret.
Semoga saja di era sekarang ini setiap film yang mengandung cerita sejarah terlebih dahulu melalui tahapan penelitian dan pengkajian fakta-fakta sejarah yang lebih lengkap dan yang lebih terpenting lagi tanpa dilatarbelakangi oleh kepentingan dari pihak-pihak tertentu…….
Pada zaman Orde Baru apa yang paling saya benci pada tanggal 30 September? Jawabannya adalah Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru SD saya untuk menonton film Pengkhianatan G-30-S/PKI yang ditayangkan pada malam 30 September untuk kemudian diceritakan kembali di depan kelas menonton tayangan film merupakan suatu hal yang sangat menyiksa karena setelah menyaksikan film tersebut sepanjang malam kami sekeluarga akan sulit untuk tidur, entah karena efek musik karya Embie C. Noer yang terkesan mencekam atau adegan-adegan suram dan sadis yang ditampilkannya namun yang jelas film ini saya golongkan ke dalam film horor bukan dokumenter.
Dari sudut pandang sejarah Film Pengkhianatan G-30-S/PKI sendiri penuh dengan kejanggalan, bukan hanya karena kontroversi mengenai siapa dalang dari peristiwa pembunuhan para Jenderal ini tapi pada sisi lain mengenai penokohan Aidit yang digambarkan sebagai seorang perokok karena pada kenyataannya Aidit bukanlah seorang perokok namun dengan alasan dari sang sutradara yaitu Arifin C. Noer yang ingin menampilkan Aidit sebagai seorang yang selalu berpikir keras maka ditampilkanlah dalam film tersebut tokoh Aidit yang perokok berat. Arifin C. Noer juga pernah dibuat pusing dalam mencari siapa tokoh yang akan memerankan pemimpin Partai Komunis tersebut karena keterbatasan sumber foto yang ada namun akhirnya terselesaikan ketika ditemukan sebuah pas foto Aidit yang dipakai oleh Arifin untuk memutuskan Syu’bah Asa sebagai pemerannya walaupun dari segi fisik tidak sama namun Arifin menganggap antara Aidit dan Syu’bah memiliki kesamaan karakter wajah.
Salah satu kejanggalan lainnya adalah pada adegan di mana Suharto berdiri di belakang peta Indonesia, karena pada peta tersebut tertera propinsi Timor Timur, padahal ketika itu Indonesia hanya memiliki 26 propinsi dan Timur Timur bukan bagian dari Indonesia. Dari dua kejanggalan di atas memberikan bukti kepada kita bahwa film ini dibuat hanya untuk kepentingan pemerintah saat itu tanpa adanya sebuah riset dan penulusuran fakta-fakta secara lengkap sehingga hasilnya adalah sebuah film horor yang dibuat secara serampangan. Namun satu hal yang sangat disayangkan dari film yang bertujuan untuk mendidik generasi muda terhadap nilai-nilai pancasila ini penuh dengan adegan kekerasan serta adegan mesum antara seorang anggota gerwani dengan seorang tentara simpatisan PKI yang anehnya semua adegan tersebut lulus sensor, khususnya bagi anak-anak SD seperti saya dulu yang harus melihat adegan-adegan yang ada di film tersebut.
Pada masa Orde Baru banyak beberapa film yang kemudian seiring berjalannya waktu dipertanyakan kembali kebenarannya selain film Pengkhianatan G-30-S/PKI yang diproduksi tahun 1984 ini ada juga film berjudul Janur Kuning produksi tahun 1979 yang menceritakan tentang Serangan Umum 1 Maret.
Semoga saja di era sekarang ini setiap film yang mengandung cerita sejarah terlebih dahulu melalui tahapan penelitian dan pengkajian fakta-fakta sejarah yang lebih lengkap dan yang lebih terpenting lagi tanpa dilatarbelakangi oleh kepentingan dari pihak-pihak tertentu…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar