From: http://moeflich.wordpress.com/2008/03/26/selamat-tinggal-website-syahwat/
(Berita Republika, 26 Maret 2008)
”Empat juta dua ratus ribu (4.200.000) situs porno dunia, 100.000 (seratus ribu) situs porno Indonesia di internet.”
Angka-angka tersebut merupakan sebagian fakta yang dipaparkan sastrawan Taufiq Ismail dalam pidatonya di Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa waktu lalu. Masih banyak fakta porno yang diungkapnya dalam pidato berjudul ‘Budaya Malu Dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka’ itu.
Soal situs porno, memang sudah merasuk terlalu dalam. Bahkan, saat mencari gambar dengan mengetik huruf a di mesin pencari terkenal, google.com, gambar porno pun ikut muncul. Fakta itu memperlihatkan probabilitas munculnya konten porno sudah sangat tinggi.
Statistik lebih seram, dimuat sebuah situs: 12 persen situs di dunia ini mengandung pornografi; sekitar 372 juta halaman website pornografi; 25 persen yang dicari melalui search engine adalah pornografi. Kata sex adalah yang paling banyak dicari di internet.
Sebanyak 35 persen dari data yang diunduh adalah pornografi; setiap detik 28.258 pengguna internet melihat pornogafi; setiap hari 266 situs porno baru muncul; 70 persen traffic pornografi terjadi pada jam kerja, yaitu pukul 09.00-17.00.
Sejumlah negara seperti Cina dan Kanada telah memblokade situs-situs porno itu. Di Amerika, seorang pengamat sosial yang dikutip Taufiq, mengibaratkan pornografi di internet sebagai gelombang tsunami setinggi 10 meter. ”Kami melawannya dengan kedua tangan.”
Di Indonesia, langkah membendung arus deras pornografi itu, terantuk-antuk. Setelah diperdebatkan dengan sengit, Rancangan Undang-Undang (RUU) Antipornografi dan Pornoaksi, kini tak lagi terdengar kabar beritanya. Tapi, langkah memang tak lantas terhenti.
Adalah Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Moh Nuh, yang kembali menabuh genderang perang melawan situs porno itu. Dia sudah pasang kuda-kuda dengan merencanakan pembuatan peraturan menteri (permen), dan membangun jejaring hingga ke masjid-masjid.
Rencana itu dipaparkan Nuh beberapa pekan terakhir, dalam berbagai kesempatan berkunjung ke masjid-masjid di sejumlah wilayah Tanah Air. Antara lain, saat meresmikan Broadband Learning Center (BLC) di Masjid Al Akbar, Surabaya, dan Masjid Al Mahallie di Jakarta Barat, pekan lalu.
Momentum itu semakin kuat. Nuh bak mendapat tambahan amunisi setelah Selasa (25/3), DPR dan pemerintah menyetujui RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menjadi UU. Dalam situs ini, ada sejumlah ketentuan prinsip yang mengatur arus lalu lintas konten porno di internet.
Menginduk pada UU ITE itulah, pemerintah nanti akan membuat permen sebagai payung hukum untuk memblokade situs-situs porno di jagad maya Tanah Air. Permen itu akan digulirkan begitu RUU ITE telah disahkan menjadi UU, yang diperkirakan pada April mendatang.
Adapun waktu yang telah ditetapkan Depkominfo untuk memblokade situs-situs porno itu adalah April dan Mei. Akhir Mei nanti, ditargetkan sudah bersih. ”Dari wilayah manapun di Indonesia, situs itu tak bisa ditembus. Jadi, jangan khawatir,” katanya.
Lalu, bagaimana cara ‘operasi khusus’ situs porno itu dijalankan? Mantan rektor ITS itu menyebut dua pendekatan. Pertama, bottom-up, mengandalkan kesadaran individu untuk melakukan sensor sendiri (self censorship).
Pada dasarnya, menurut Nuh, semua situs bersifat mubah alias boleh-boleh saja diakses, kecuali situs yang tidak baik. ”Situs (porno) itu tak memberi manfaat, jadi seharusnya bisa kita sensor sendiri,” katanya.
Pendekatan kedua bersifat top-down. Internet service provider (ISP) atau penyedia jasa internet, dipasangi filter-filter untuk memblokade situs porno. Karena sudah tak ada kesempatan, maka meskipun masih ada niat untuk mengaksesnya, tetap saja tak akan bisa.
Pada level tengah, seperti sekolah, kampus, atau kantor-kantor, akan dipasangi software khusus. Software tersebut dapat di-download di website Depkominfo.
Pemberantasan situs porno ini juga menggunakan network masjid-masjid di Indonesia. ”Masjid-masjid kan mempunyai komunitas. Itu bisa untuk pertukaran informasi, data, atau apa saja yang terkait dengan kegiatan kemasyarakatan,” katanya.
Untuk tahap awal, Depkominfo memberikan seperangkat komputer beserta jaringan internet kepada sekitar 50 masjid di Jakarta. ”Kita sudah mulai,” katanya. SDM yang nanti mengelola jaringan komunikasi tersebut segera menjalani training.
Membangun jaringan untuk mengeroyok situs porno ini, jelas Nuh, berakar dari pemikiran bahwa jika sebuah bangsa ingin kuat, bangsa itu harus membangun mata rantai. ”Mata rantai di tingkat paling bawahlah yang terpenting, terkait langsung dengan masyarakat luas,” papar M Nuh.
Langkah serius menghabisi situs porno itu, tutur Nuh, juga terkait dengan bakal meroketnya pengguna internet di Indonesia. Saat ini, pengguna internet di Indonesia sekitar 25 juta orang. Tapi, Mei mendatang, Nuh memperkirakan jumlahnya menjadi 50 juta.
Kenaikan dua kali lipat itu terkait dengan rencana pemerintah untuk memberikan fasilitas khusus secara gratis kepada SMA-SMA, untuk mendorong penggunaan internet. Sebelum didorong menggandrungi internet, tentu jalanan harus dibersihkan dulu dari duri-duri pornografi.
Bila program pembersihan itu berjalan, kelak para pengakses situs porno akan mendapat situsnya berubah konten. Alih-alih melihat orang telanjang, yang muncul bisa-bisa ikan telanjang. ”Nanti bisa berisi informasi harga padi atau ikan,” kata Nuh.
( osa/evy/run )
(Berita Republika, 26 Maret 2008)
”Empat juta dua ratus ribu (4.200.000) situs porno dunia, 100.000 (seratus ribu) situs porno Indonesia di internet.”
Angka-angka tersebut merupakan sebagian fakta yang dipaparkan sastrawan Taufiq Ismail dalam pidatonya di Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa waktu lalu. Masih banyak fakta porno yang diungkapnya dalam pidato berjudul ‘Budaya Malu Dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka’ itu.
Soal situs porno, memang sudah merasuk terlalu dalam. Bahkan, saat mencari gambar dengan mengetik huruf a di mesin pencari terkenal, google.com, gambar porno pun ikut muncul. Fakta itu memperlihatkan probabilitas munculnya konten porno sudah sangat tinggi.
Statistik lebih seram, dimuat sebuah situs: 12 persen situs di dunia ini mengandung pornografi; sekitar 372 juta halaman website pornografi; 25 persen yang dicari melalui search engine adalah pornografi. Kata sex adalah yang paling banyak dicari di internet.
Sebanyak 35 persen dari data yang diunduh adalah pornografi; setiap detik 28.258 pengguna internet melihat pornogafi; setiap hari 266 situs porno baru muncul; 70 persen traffic pornografi terjadi pada jam kerja, yaitu pukul 09.00-17.00.
Sejumlah negara seperti Cina dan Kanada telah memblokade situs-situs porno itu. Di Amerika, seorang pengamat sosial yang dikutip Taufiq, mengibaratkan pornografi di internet sebagai gelombang tsunami setinggi 10 meter. ”Kami melawannya dengan kedua tangan.”
Di Indonesia, langkah membendung arus deras pornografi itu, terantuk-antuk. Setelah diperdebatkan dengan sengit, Rancangan Undang-Undang (RUU) Antipornografi dan Pornoaksi, kini tak lagi terdengar kabar beritanya. Tapi, langkah memang tak lantas terhenti.
Adalah Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Moh Nuh, yang kembali menabuh genderang perang melawan situs porno itu. Dia sudah pasang kuda-kuda dengan merencanakan pembuatan peraturan menteri (permen), dan membangun jejaring hingga ke masjid-masjid.
Rencana itu dipaparkan Nuh beberapa pekan terakhir, dalam berbagai kesempatan berkunjung ke masjid-masjid di sejumlah wilayah Tanah Air. Antara lain, saat meresmikan Broadband Learning Center (BLC) di Masjid Al Akbar, Surabaya, dan Masjid Al Mahallie di Jakarta Barat, pekan lalu.
Momentum itu semakin kuat. Nuh bak mendapat tambahan amunisi setelah Selasa (25/3), DPR dan pemerintah menyetujui RUU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menjadi UU. Dalam situs ini, ada sejumlah ketentuan prinsip yang mengatur arus lalu lintas konten porno di internet.
Menginduk pada UU ITE itulah, pemerintah nanti akan membuat permen sebagai payung hukum untuk memblokade situs-situs porno di jagad maya Tanah Air. Permen itu akan digulirkan begitu RUU ITE telah disahkan menjadi UU, yang diperkirakan pada April mendatang.
Adapun waktu yang telah ditetapkan Depkominfo untuk memblokade situs-situs porno itu adalah April dan Mei. Akhir Mei nanti, ditargetkan sudah bersih. ”Dari wilayah manapun di Indonesia, situs itu tak bisa ditembus. Jadi, jangan khawatir,” katanya.
Lalu, bagaimana cara ‘operasi khusus’ situs porno itu dijalankan? Mantan rektor ITS itu menyebut dua pendekatan. Pertama, bottom-up, mengandalkan kesadaran individu untuk melakukan sensor sendiri (self censorship).
Pada dasarnya, menurut Nuh, semua situs bersifat mubah alias boleh-boleh saja diakses, kecuali situs yang tidak baik. ”Situs (porno) itu tak memberi manfaat, jadi seharusnya bisa kita sensor sendiri,” katanya.
Pendekatan kedua bersifat top-down. Internet service provider (ISP) atau penyedia jasa internet, dipasangi filter-filter untuk memblokade situs porno. Karena sudah tak ada kesempatan, maka meskipun masih ada niat untuk mengaksesnya, tetap saja tak akan bisa.
Pada level tengah, seperti sekolah, kampus, atau kantor-kantor, akan dipasangi software khusus. Software tersebut dapat di-download di website Depkominfo.
Pemberantasan situs porno ini juga menggunakan network masjid-masjid di Indonesia. ”Masjid-masjid kan mempunyai komunitas. Itu bisa untuk pertukaran informasi, data, atau apa saja yang terkait dengan kegiatan kemasyarakatan,” katanya.
Untuk tahap awal, Depkominfo memberikan seperangkat komputer beserta jaringan internet kepada sekitar 50 masjid di Jakarta. ”Kita sudah mulai,” katanya. SDM yang nanti mengelola jaringan komunikasi tersebut segera menjalani training.
Membangun jaringan untuk mengeroyok situs porno ini, jelas Nuh, berakar dari pemikiran bahwa jika sebuah bangsa ingin kuat, bangsa itu harus membangun mata rantai. ”Mata rantai di tingkat paling bawahlah yang terpenting, terkait langsung dengan masyarakat luas,” papar M Nuh.
Langkah serius menghabisi situs porno itu, tutur Nuh, juga terkait dengan bakal meroketnya pengguna internet di Indonesia. Saat ini, pengguna internet di Indonesia sekitar 25 juta orang. Tapi, Mei mendatang, Nuh memperkirakan jumlahnya menjadi 50 juta.
Kenaikan dua kali lipat itu terkait dengan rencana pemerintah untuk memberikan fasilitas khusus secara gratis kepada SMA-SMA, untuk mendorong penggunaan internet. Sebelum didorong menggandrungi internet, tentu jalanan harus dibersihkan dulu dari duri-duri pornografi.
Bila program pembersihan itu berjalan, kelak para pengakses situs porno akan mendapat situsnya berubah konten. Alih-alih melihat orang telanjang, yang muncul bisa-bisa ikan telanjang. ”Nanti bisa berisi informasi harga padi atau ikan,” kata Nuh.
( osa/evy/run )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar